web stats

Rabu, 14 Mei 2014

sejarah candi kalasan

Letak Candi Kalasan:
Candi Kalasan adalah candi yang terletak di Dusun Kalibening, Desa/Kalurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, tepatnya di sebelah selatan jalan raya Yogyakarta-Solo/Surakarta (sekitar 60-an meter).

Tubuh Candi:
Tubuh Candi Kalasan berbentuk bujur sangkar dengan beberapa penampil yang menjorok keluar pada bagian tengahnya. Pada sisi tenggara terdapat bilik yang dapat dimasuki melalui bilik penampil sisi timur. Pada bilik sisi tenggara tersebut terdapat singgasana bersandaran dengan hiasan berpola singa yang berdiri di atas punggung seekor gajah. Pada bagian luar dari tubuh candi terdapat relung yang berhiaskan figur tokoh dewa dalam posisi berdiri memegang bunga teratai. Pada setiap pintu masuk (bagian pintu utara dan selatan) terdapat hiasan berupa kala.
Bagian atas dihiasi pohon dewata dan lukisan awan serta penghuni kayangan yang memainkan bunyi-bunyian, di antaranya membawa kendang, rebab, kerang, dan camara. Tubuh candi bagian atas terdapat sebuah bangunan berbentuk kubus yang dianggap sebagai kemuncak Gunung Meru dan di sekitarnya terdapat beberapa stupa.

Atap Candi:
Batas antara atap dan tubuh candi terdapat hiasan berupa makhluk kayangan yang kerdil (gana). Bagian atap candi ini berbentuk segi delapan dan bertingkat dua. Pada masing-masing sisi di tingkat pertama terdapat arca Budha dan melukiskan Manusi Budha. Pada tingkat dua terdapat arca Budha (sekarang tidak lengkap) yang melukiskan Dhyani Budha, misalnya Dhyani Budha Ratnasambhawa (terletak pada sisi selatan).
Bagian kemuncak candi diduga berbentuk stupa, tetapi sampai sekarang bagian ini tidak berhasil direkonstruksi kembali karena banyak batuan asli yang tidak berhasil ditemukan lagi.

Sifat Candi Kalasan:
Candi ini berlatar belakang agama Budha dan berlanggam Jawa Tengah Selatan. Sarjana-sarjana asing yang pernah meneliti candi ini di antaranya adalah A.J. Bernet Kempers. Kempers menitikberatkan penelitiannya pada ragam hiasnya sedangkan sarjana lain yakni N.J. Krom menitikberatkan penelitiannya pada sisi arsitekturnya. Dilihat secara keseluruhan Candi Kalasan memiliki keistimewaan-keistimewaan di antaranya:
a. Memiliki ragam hias yang disebut moonstone yakni batu pipih berbentuk menyerupai setengah lingkaran yang terletak di sisi sebelah timur alas kaki candi tepat depan tangga bagian tengah menuju selasar.
b. Menggunakan bajralepa yaitu suatu bahan khusus yang digunakan untuk melapisi permukaan hiasan-hiasan atau reliefnya sehingga tampak lebih halus.
c. Memiliki denah berbentuk palang (Greek Cross) yang terdapat pada kaki candi, tubuh candi, lantai, dan bagian bawah atapnya yang akhirnya menghasilkan bentuk bangunan dengan empat penampil pada keempat sisinya.
Atap candi bagian atas berbentuk segi delapan sedang kemuncaknya diperkirakan berbentuk stupa. Dalam prasasti Kalaça yang berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta serta berangka tahun 700 Ç atau 778 Masehi disebutkan tentang pembangunan sebuah kuil yang digunakan untuk pemujaan terhadap Dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Maharaja Tejahpurnampana Panamkarana yang disebut sebagai permata Wangsa Selendra (Syailendra Wamsatikala) (Bambang Sumadio (ed.), 1984, Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta: PN. Balai Pustaka, hlm 110-112).

Dalam kurun waktu selanjutnya Candi Kalasan mengalami perkembangan/perluasan. Perubahan tidak hanya sebagian saja, tetapi meliputi seluruh bangunan candinya. Dengan demikian, candi yang lama ditutup oleh candi yang baru (Sumarto Aji Purnomo, 1998, Skripsi Sarjana, Candi Kalasan dan Candi Sewu: Studi Berdasarkan Perbandingan Arsitekturnya, Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, hlm. 4). Perubahan ini menghasilkan bentuk candi seperti yang sekarang.
Pada keempat sisi batur candi terdapat tangga yang berfungsi sebagai pintu masuk ke bilik penampil, tetapi pada saat sekarang yang tersisa hanya beberapa bagian saja. Pada ujung tangga terdapat hiasan makara yang apabila diamati bentuknya seperti wujud gabungan dari bentuk binatang buaya, naga, ikan, dan gajah.


Pemugaran
Menurut beberapa ahli purbakala Candi Kalasan telah mengalami tiga kali pemugaran. Sebagai bukti terlihat adanya empat sudut kaki candi dengan bagian yang menonjol. Selain itu juga terdapat pada batu yang digoreskan untuk keperluan pemugaan pada tahun 1927 sampai dengan 1929 oleh van Romondt, seorang ahli purbakala bangsa Belanda. Dari hasil pemugaran diketahui bahwa tinggi keseluruhan Candi Kalasan adalah 34 meter, panjang 34 meter dan lebar 45 meter.



0 komentar:

Posting Komentar